Kamis, 19 Februari 2015

TIBAN




BANYUWANGI - Tiban merupakan ritual adat peninggalan leluhur yang hingga kini masih di laksanakan. Konon Tradisi Tiban digelar masyarakat secara turun - temurun sebagai permohonan masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa agar masyarakat bisa di berikan musim penghujan saat musim kemarau yang panjang.

Di tengah musim kemarau panjang masyarakat menggelar Tiban di lapangan Desa Bangorejo, Kecamatan Bangorejo, Kabupaten Banyuwangi, di pimpin tokoh adat Tradisi Tiban di gelar di bawah terik matahari yang menyengat.

Di iringi gamelan tradisional para peserta Tiban bak jawara mulai beraksi, dan perang cambuk pun di mulai. Dalam adegan ini para peserta masing - masing membawa pecut (cambuk yang terbuat dari lidi aren) terlihat saling menyabetkan pecutnya ke lawan mainya.

Tarrrrr !!!! tak jarang dari beberapa peserta mengalami luka hingga berdarah akibat dari sabetan pecut, Konon adegan ini gambaran masyarakat yang menyiksa diri di bawah terik matahari guna permemohonan " Hujan Tiban " kepada Sang Maha Kuasa di tengah kemarau panjang.

Peraturan perang cambuk dalam laga ini para peserta tidak di perbolehkan mencambuk bagian kepala dan bagian bawah perut, dan jika itu terjadi maka wasit segera melerai peserta karena di anggab melanggar ketentuan yang telah di tetapkan.

"Ngak oleh mecut sirah ambi ngisore awak mas," papar Paul salah seorang peserta Tiban yang datang dari Desa Yosomulyo Kecamatan Gambiran menggunakan bahasa jawa yang artinya tidak boleh mencambuk bagian kepala dan bawah perut karena itu pelanggaran.

Peraturan lain menurutnya para peserta di beri kesempatan mencambuk lawanya sebanyak tiga kali dan menahan cambukan dari lawanya sebanyak tiga kali. " Nahan sabetan 3 kali dan mencambuk 3 kali mas." jelasnya.

Seolah tidak merasa sakit para peserta terus mengadu ketangkasanya di arena Tiban di laksanakan dan sesekali para peserta terlihat menghindari sabetan cambuk yang di sabetkan lawanya. "Jika tidak lihai memainkan pecut dan cara menghindarinya, ya kita akan terkena sabetan mas, sebenarnya sakit juga sih terkena pecut," lanjut Paul sembari menunjukan bekas sabetan pecut di bagian punggungnya.

Hebatnya lagi para peserta Tiban tidak menggunakan pelindung badan saat laga itu di gelar dan inilah yang menjadi pusat perhatian ratusan pengunjung saat Tradisi tahunan itu dilaksanakan guna meminta Hujan Tiban. (BeritaLima)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar